Kamis, 28 November 2013

guruku pahlawanku

Menyandang predikat “Pahlawan”, seringkali membuat beberapa guru mendefinisikan pahlawan dengan bermacam-macam makna. Ada guru yang beranggapan, menjadi pahlawan itu harus berkorban. Menjadi pahlawan berarti guru mengorbankan waktu, tenaga, materi demi murid-muridnya. Ada juga yang bearanggapan menjadi pahlawan itu harus membagikan. Guru perlu membagikan pengetahuannya, keahliannya, dan juga apa yang dimilikinya untuk ditransfer kepada murid-muridnya. Selain itu, menjadi pahlawan juga berarti guru tersebut harus menjadi contoh yang terbaik pada murid-muridnya. Hal ini berarti guru harus menjadi model bagi muridnya baik dalam perkataan, perilaku, dan perbuatan. Makna lain, menjadi pahlawan itu harus dihormati dan disegani oleh murid-muridnya sebagai ungkapan syukur atas jasa-jasanya.
 
Makna-makna pahlawan diatas cukup baik. Sayangnya, banyak guru yang hanya berhenti pada makna pahlawan di atas. Padahal, menjadi pahlawan yang sebenarnya lebih dari sekedar berkorban dan berbagi ilmu dan keahlian. Menjadi pahlawan juga lebih sekedar menjadi contoh dan mendapat penghargaan atas jasa-jasanya. Banyak guru di Indonesia sudah berkorban, berbagi, menjadi teladan, dan mendapat penghargaan namun kualitas guru masih saja belum maksimal karena belum memiliki prinsip 3R untuk menjadi Pahlawan Sejati.

yang pertama, Riset. Seorang pahlawan bisa saja berkorban banyak, namun apakah pahlawan itu sudah melakukan riset terhadap kebutuhan dari murid-muridnya, lingkungan sekitarnya, dan juga potensi yang dapat dikembangkan? Sayangnya banyak guru yang sekedar berkorban dan berbagi apa saja yang mereka miliki tanpa melakukan riset terhadap perkembangan teknologi, lingkungan, masyarakat, dan yang terpenting murid-muridnya. Riset sendiri juga dapat diterapkan dengan bertukar pikiran dengan guru, murid, orang tua, pakar pendidikan, dosen, pemerintah baik dengan membaca artikel, jurnal, media sosial bahkan komunikasi verbal. Memiliki segudang pengetahuan tanpa melakukan riset membuat guru seringkali hanya menjadi pahlawan kesiangan yang melakukan hal-hal yang kurang relevan dan efektif dalam pembelajaran dengan memaksakan pengetahuannya yang “kemarin”. Riset juga dapat dilakukan dengan melakukan perencanaan dan observasi terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini ditujukan agar pengorbanan guru benar-benar hal yang efektif dan efisien untuk melakukan perubahan yang memang dibutuhkan di lingkungan sekitarnya.  yang kedua adalah Refleksi. Sebagai pahlawan, guru seringkali dianggap memiliki kekuatan super untuk menjadi sempurna dalam segala sesuatu untuk ditiru murid-muridnya. Sayangnya, hal ini seringkali menjatuhkan guru dalam kesalahan terdalam seorang pahlawan, yaitu keegoisan yang membuat guru selalu benar. Oleh sebab itu, sebagai pahlawan yang sejati, guru perlu melakukan refleksi setiap saat. Sepandai-pandainya guru, ia masih manusia yang penuh kesalahan baik dalam perkataan, tindakan, bahkan pengajaran. Refleksi dapat dilakukan dengan memiliki keterbukaan menerima kritik, saran, masukan, tanggapan, opini yang tentu saja membangun guru tersebut untuk berubah menjadi lebih baik. Sebagai pahlawan, refleksi diperlukan agar guru dapat benar-benar mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang ada di sekitarnya dan mengevaluasi hal apa yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan refleksi, guru benar-benar menjadi pribadi yang menjadi teladan bagi murid-muridnya yang belajar untuk terbuka, berpikir kritis, fleksibel, dan kreatif.

Akhirnya  yang ketiga adalah respon. Sebagai pahlawan yang melakukan riset terhadap lingkungan sekitarnya, refleksi pada dirinya, ini saatnya guru memiliki respon yang benar yang diwujudkan dalam tindakan nyata yang transformatif. Tanpa respon, riset dan refleksi hanya akan menjadi imajinasi dalam pikiran yang tak akan pernah membuat perubahan apa-apa. Sebaliknya. respon yang disertai riset dan refleksi tentu  akan menuntun  guru untuk benar-benar bertindak sebagai seorang pahlawan yang mengorban, membagikan, dan mencontohkan hal yang benar bagi muridnya. Respon ini nampak dalam hal terkecil sekalipun seperti mengatakan “maaf” ketika berbuat salah,, mengubah strategi pembelajaran untuk membuat pembelajaran lebih bermakna,  mengusulkan ide-ide kreatif yang dapat mengembangkan sekolah ke arah yang lebih baik, dan masih banyak lagi respon yang berdampak mentransformasi baik diri sendiri bahkan orang lain.

Akhirnya, berbekal 3 R ini, sebagai pahlawan yang sejati, guru dapat mengembangkan kualitasnya secara optimal dan pendidikan Indonesia akan melahirkan pahlawan-pahlawan yang memiliki riset yang me, refleksi yang mendalam, dan respon yang mentransformasi kehidupan orang banyak. Guru 3R = Pahlawan Sejati
Read More ->>

Jumat, 15 November 2013

kevin alvino
Read More ->>