Menyandang predikat “Pahlawan”, seringkali membuat beberapa guru
mendefinisikan pahlawan dengan bermacam-macam makna. Ada guru yang
beranggapan, menjadi pahlawan itu harus berkorban. Menjadi pahlawan
berarti guru mengorbankan waktu, tenaga, materi demi murid-muridnya. Ada
juga yang bearanggapan menjadi pahlawan itu harus membagikan. Guru
perlu membagikan pengetahuannya, keahliannya, dan juga apa yang
dimilikinya untuk ditransfer kepada murid-muridnya. Selain itu, menjadi
pahlawan juga berarti guru tersebut harus menjadi contoh yang terbaik
pada murid-muridnya. Hal ini berarti guru harus menjadi model bagi
muridnya baik dalam perkataan, perilaku, dan perbuatan. Makna lain,
menjadi pahlawan itu harus dihormati dan disegani oleh murid-muridnya
sebagai ungkapan syukur atas jasa-jasanya.
Makna-makna pahlawan diatas cukup baik. Sayangnya, banyak guru yang
hanya berhenti pada makna pahlawan di atas. Padahal, menjadi pahlawan
yang sebenarnya lebih dari sekedar berkorban dan berbagi ilmu dan
keahlian. Menjadi pahlawan juga lebih sekedar menjadi contoh dan
mendapat penghargaan atas jasa-jasanya. Banyak guru di Indonesia sudah
berkorban, berbagi, menjadi teladan, dan mendapat penghargaan namun
kualitas guru masih saja belum maksimal karena belum memiliki prinsip 3R
untuk menjadi Pahlawan Sejati.
yang pertama, Riset. Seorang pahlawan bisa saja berkorban banyak,
namun apakah pahlawan itu sudah melakukan riset terhadap kebutuhan dari
murid-muridnya, lingkungan sekitarnya, dan juga potensi yang dapat
dikembangkan? Sayangnya banyak guru yang sekedar berkorban dan berbagi
apa saja yang mereka miliki tanpa melakukan riset terhadap perkembangan
teknologi, lingkungan, masyarakat, dan yang terpenting murid-muridnya.
Riset sendiri juga dapat diterapkan dengan bertukar pikiran dengan guru,
murid, orang tua, pakar pendidikan, dosen, pemerintah baik dengan
membaca artikel, jurnal, media sosial bahkan komunikasi verbal. Memiliki
segudang pengetahuan tanpa melakukan riset membuat guru seringkali
hanya menjadi pahlawan kesiangan yang melakukan hal-hal yang kurang
relevan dan efektif dalam pembelajaran dengan memaksakan pengetahuannya
yang “kemarin”. Riset juga dapat dilakukan dengan melakukan perencanaan
dan observasi terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini ditujukan agar
pengorbanan guru benar-benar hal yang efektif dan efisien untuk
melakukan perubahan yang memang dibutuhkan di lingkungan sekitarnya.
yang kedua adalah Refleksi. Sebagai pahlawan, guru seringkali
dianggap memiliki kekuatan super untuk menjadi sempurna dalam segala
sesuatu untuk ditiru murid-muridnya. Sayangnya, hal ini seringkali
menjatuhkan guru dalam kesalahan terdalam seorang pahlawan, yaitu
keegoisan yang membuat guru selalu benar. Oleh sebab itu, sebagai
pahlawan yang sejati, guru perlu melakukan refleksi setiap saat.
Sepandai-pandainya guru, ia masih manusia yang penuh kesalahan baik
dalam perkataan, tindakan, bahkan pengajaran. Refleksi dapat dilakukan
dengan memiliki keterbukaan menerima kritik, saran, masukan, tanggapan,
opini yang tentu saja membangun guru tersebut untuk berubah menjadi
lebih baik. Sebagai pahlawan, refleksi diperlukan agar guru dapat
benar-benar mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang ada di
sekitarnya dan mengevaluasi hal apa yang dapat dilakukan untuk
memecahkan masalah tersebut. Dengan refleksi, guru benar-benar menjadi
pribadi yang menjadi teladan bagi murid-muridnya yang belajar untuk
terbuka, berpikir kritis, fleksibel, dan kreatif.
Akhirnya yang ketiga adalah respon. Sebagai pahlawan yang melakukan
riset terhadap lingkungan sekitarnya, refleksi pada dirinya, ini
saatnya guru memiliki respon yang benar yang diwujudkan dalam tindakan
nyata yang transformatif. Tanpa respon, riset dan refleksi hanya akan
menjadi imajinasi dalam pikiran yang tak akan pernah membuat perubahan
apa-apa. Sebaliknya. respon yang disertai riset dan refleksi tentu akan
menuntun guru untuk benar-benar bertindak sebagai seorang pahlawan
yang mengorban, membagikan, dan mencontohkan hal yang benar bagi
muridnya. Respon ini nampak dalam hal terkecil sekalipun seperti
mengatakan “maaf” ketika berbuat salah,, mengubah strategi pembelajaran
untuk membuat pembelajaran lebih bermakna, mengusulkan ide-ide kreatif
yang dapat mengembangkan sekolah ke arah yang lebih baik, dan masih
banyak lagi respon yang berdampak mentransformasi baik diri sendiri
bahkan orang lain.
Akhirnya, berbekal 3 R ini, sebagai pahlawan yang sejati, guru dapat
mengembangkan kualitasnya secara optimal dan pendidikan Indonesia akan
melahirkan pahlawan-pahlawan yang memiliki riset yang me, refleksi yang
mendalam, dan respon yang mentransformasi kehidupan orang banyak. Guru
3R = Pahlawan Sejati
Kamis, 28 November 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
by anang setia budi pengertian s mart card smart card adalah sebuah plastik berbentuk card dan terdapat cip yaitu menyim...
-
Cara Mengkoneksikan Mikrotik GNS3 VirtualBox ke Winbox dan Internet Melanjutkan tutorial Mikrotik dari artikel sebelumnya tentang :...
-
Mungkin kita pernah berfikir untuk membuat suatu topologi dengan jarak yang berjauhan, semisal gedung A dengan gedun B dengan hanya satu ne...
-
PT . ANIKA PERKASA ...
-
Kita bisa tahu arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang memutar cita-cita yang tinggi , dan kemudian kita dapat mengetahui tentang mora...
-
RIWAYAT SI PITUNG (PENDEKAR SILAT BETAWI ASLI) 30-01-2013 16:11 Si Pitung, adalah seorang tokoh pahlawan lokal asli dan sudah melegenda ...
-
Saturday 30 November 2013 Pengajar : Ka.Mulyani dan Ka.Bonda ROBOTIKA Asal usul ROBOTIKA = RObotika adalah sebuah dari bahan el...
-
I’m now until 10 years later 10 years to come I want to open a sports clothing store. I should be entitled intentions opened his own c...
-
Pengertian DNS, DHCP, FTP dan fungsinya – Mari kita pelajari bersama-sama mengenai pengertian DNS, pengertian DHCP, pengertian FTP dan fun...
0 komentar:
Posting Komentar